Gotong Royong Bangun Ekonomi Indonesia Membumi

“Sanubari rakyat Indonesia penuh dengan rasa bersama: kolektivitas”

Mohammad Hatta dalam tulisan Ke Arah Indonesia Merdeka, 1932
#EkonomiMembumi, sebuah inisiatif yang digagas oleh Inkubator Usaha Lestari (INKURI)

Berbicara mengenai pembangunan nasional, rasanya hampir tidak bisa melepaskan kaitannya dengan Mohammad Hatta, Bapak Ekonomi Kerakyatan Indonesia. Beliau menyebutkan salah satu pilar ekonomi kerakyatan adalah kolektivisme atau kebersamaan, dan bahwa hal ini merupakan nilai unik yang tidak dimiliki negara lainnya. Konsep ini pun tidak pernah asing bagi rakyat Indonesia, karena hingga detik ini kebersamaan menjadi nilai terkuat yang dipegang Indonesia untuk tetap berkembang di segala sektor, utamanya sektor pembangunan. Walau sulit untuk menata cita-cita pembangunan negara di kala pandemi, tetapi justru ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengatur nafas pembangunan itu sendiri dan membumikannya kembali. Soal pembangunan, dunia boleh bergerak dengan cepat, tetapi Indonesia hanya akan tetap menjadi Indonesia jika tidak melupakan akarnya dan nilai-nilai uniknya.

Sebenarnya prinsip gotong royong yang sejak dulu tumbuh subur di masyarakat adat ini sudah banyak diterapkan dalam mewujudkan cita-cita pembangunan berkelanjutan Indonesia. Dengan semangat yang sama, Inkubator Usaha Lestari (INKURI) pun turut menggaungkannya melalui kampanye Ekonomi Membumi. Tujuannya pun menuju satu, yakni mendorong pembangunan Indonesia yang maju tanpa semerta-merta meninggalkan nilai-nilai bangsa yang telah mengakar.

Pembangunan Ekonomi Indonesia Harus ‘Membumi’

Sebagaimana mengacu pada Sustainable Development Goals milik PBB, salah satu tolak ukur pembangunan berkelanjutan suatu negara ialah pertumbuhan ekonominya. Tetapi, yang banyak dilupakan, pertumbuhan ekonomi tidak melulu soal angka. Sumber daya alam dan produktivitas sumber daya manusia adalah faktor terpenting yang mengantarkan pada angka-angka tersebut. Inilah yang membuat ketiga hal ini: pertumbuhan ekonomi; kesejahteraan rakyat; dan perlindungan sumber daya alam, menjadi terkait satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, istilah ‘ekonomi membumi’ bisa jadi tepat untuk menggambarkan pembangunan Indonesia yang sesuai dengan kepribadian dan cita-cita bangsa.

Dengan menyuarakan kata membumi, maka dengan mudah kita mengingat bumi. Mengingat bahwa sebagai manusia, kita bertanggung jawab untuk menjaga bumi dan segala isinya. Terlebih jika kita banyak menggantungkan harapan hidup kepada hasil bumi dan kemegahan alamnya. Sayangnya belum banyak yang menyadari bahwa sumber daya alam bersifat terbatas dan bukan tidak terhingga. Berangkat dari fakta tersebut, sudah seharusnya pembangunan Indonesia mendorong terbentuknya masyarakat yang regeneratif dan produktif alih-alih konsumtif. Disini kemudian kualitas sumber daya manusia berperan penting. Selain menjadi manusia yang lebih sadar terhadap dampak lingkungan, penting untuk membumikan pertumbuhan ekonomi dengan memberikan kekuatan ekonomi ke tangan rakyat. Kekuatan ekonomi yang dimaksud adalah dimana masyarakat lokal menjadi kelompok yang paling diuntungkan secara adil dan merata terlepas dari arah perkembangan pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Dan lebih penting lagi, anak bangsa mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan penciptaan usaha-usaha yang menguntungkan sesama saudara terdekat. Perputaran ekonomi yang berasal dari lokal, oleh lokal, dan untuk lokal akan selalu menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi negeri ini bahkan di masa-masa tersulit pun.

Kolektivisme dan Gotong Royong untuk Genjot Ekonomi Lokal

Sejak berhasil keluar dari pusaran krisis moneter 1998, Indonesia sebenarnya telah belajar bagaimana usaha-usaha lokal yang berskala kecil dan menengah (UMKM) justru menjadi tumpuan terbesar untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, tentu saja persaingan pasar bebas dan disrupsi lainnya kadang membuat kita lupa akan fakta tersebut. Sudah lama masyarakat terlena dengan mengonsumsi barang-barang impor yang bisa jadi lebih murah dan/atau dipercaya berkualitas lebih baik. Disinilah kemudian ketahanan UMKM menjadi sangat rentan. Padahal usaha-usaha lokal ini sejatinya akan memberikan nafas panjang bagi negara karena selain produktivitas SDM yang meningkat, mengonsumsi produk lokal juga akan melatih masyarakat untuk senang dan bangga terhadap karya sesama anak bangsa. Tidak sulit untuk melihat betapa kolektivisme dan gotong royong sangat berperan penting dalam hal ini. Pertama, semangat gotong royong menjadi relevan untuk digaungkan hari ini demi membantu usaha lokal agar pertumbuhan ekonomi kembali membaik. Kedua, dengan mengedepankan prinsip kolaborasi, usaha lokal untuk terus meningkatkan kualitas produk atau jasanya untuk kepentingan konsumen. Dan terakhir, rasa kolektivisme masyarakat Indonesia terhadap produk lokal hanya akan tumbuh jika kita percaya diri terhadap karya bangsa kita sendiri.

Gotong Royong: Cara Terbaik Indonesia Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Selain untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi yang berpihak pada lokal, prinsip gotong royong juga sangat diperlukan untuk Indonesia benar-benar mewujudkan visi misi pembangunan berkelanjutan. Hampir tidak mungkin sumber daya alam negeri ini dapat terjaga jika tidak dibarengi dengan menyebarkan semangat gotong royong di tiap-tiap sendi masyarakatnya. Kolaborasi antara pembuat kebijakan, pemangku kepentingan, dan masyarakat menjadi krusial adanya. Seperti apa yang telah diterapkan oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) yang hadir untuk menaungi pemerintah tingkat kabupaten se-Indonesia demi mewujudkan pembangunan lestari yang menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat lewat gotong royong. Tidak hanya berhasil mengumpulkan 9 kabupaten di 6 provinsi untuk menyetujui deklarasi visi kabupaten lestari, LTKL juga memberikan keleluasaan untuk tiap kabupaten mengeluarkan inisiatif yang sesuai dengan karakter daerahnya dan untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan dan jejaring multipihak di dalamnya. Selain inovasi yang kolaboratif antarpihak, sistem gotong royong juga menjadi basis pengawasan dan pelaporan kemajuan satu sama lain. Data yang dibuat sedemikian transparan memudahkan para pihak untuk saling jaga, saling bantu, dan saling menginspirasi untuk bersama-sama mewujudkan visi pembangunan berkelanjutan Indonesia.

Tentunya LTKL bukan contoh satu-satunya yang mengaplikasikan prinsip gotong royong untuk bersama-sama mewujudkan pembangunan berkelanjutan Indonesia. Dalam skala yang lebih kecil, INKURI pun mengedepankan kolaborasi dengan wirausaha lestari dan tokoh-tokoh lokal yang relevan untuk juga menyuarakan semangat menjaga alam Indonesia sambil mendorong kembali kekuatan ekonomi lokal melalui anak mudanya. Namun, cita-cita pembangunan berkelanjutan Indonesia merupakan cita-cita bangsa yang bersifat jangka panjang. Maka diperlukan rasa kolektivisme di masyarakatnya agar dapat tertanam rasa memiliki terhadap sumber daya alam ini sekaligus rasa bertanggungjawab untuk menjaganya dan saling menjaga satu sama lain sesama masyarakat Indonesia. Memiliki rasa kolektivisme dan sikap gotong royong nyatanya adalah akar dan identitas bangsa Indonesia. Dan hanya dengan kembali ke akar, Indonesia dapat mewujudkan cita-cita pembangunan yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Pembangunan yang memberikan keadilan dan pemerataan secara ekonomi kepada masyarakatnya. Pembangunan yang mengedepankan budaya dan kearifan lokal. Dan pembangunan yang juga memperhatikan batas-batas planetari.

Ditulis oleh: Esa Savitaresta – Campaign/Community Manager INKURI

Share this post