“Penting untuk memberikan solusi atas tantangan-tantangan di dunia dengan pendekatan yang tidak male-centric sehingga bisa lebih inklusif.”
Inklusivitas merupakan pilar penting bagi usaha lestari. Menjadi inklusif adalah menjadi ramah terhadap seluruh gender dan komunitas, termasuk d perempuan. Seringkali ruang gerak perempuan memiliki batasan-batasan akibat budaya patriarki yang dilanggengkan. Walau masih banyak upaya untuk mencapai kesetaraan, tapi kita bisa mulai berbahagia atas peningkatan representasi dan kepemimpinan perempuan dalam kewirausahaan di Indonesia. Menurut data dari SIRCLO, kini ada lebih dari 60% UMKM yang dikelola oleh perempuan. Ini membuktikan semakin bertambah jumlah perempuan Indonesia yang mendapatkan akses untuk menunjukkan kapabilitasnya dan memberikan dampak yang dicita-citakan.
Dalam rangka Hari Kewirausahaan Perempuan Internasional Bulan November bulan ini, tim INKURI berbincang dengan salah satu #CEOLestari, Riesa Putri selaku Co-Founder dari Perfect Fit Indonesia. Kami mengulik pengalaman Riesa menjadi seorang wirausaha perempuan untuk sebuah usaha berkelanjutan yang menawarkan solusi untuk mengatasi masalah perempuan. Kami juga berdiskusi lebih lanjut tentang bagaimana pentingnya representasi perempuan pada posisi-posisi penting dalam berbagai tingkat dan profesi untuk mewujudkan dunia dimana perempuan bisa menjadi dirinya dengan potensi penuh, tanpa stigma karena gender.
Kemampuan perempuan dalam melahirkan solusi untuk isu perempuan yang jarang dibicarakan
Di tengah perkembangan startup dalam bidang teknologi, Riesa Putri bersama mitranya, Tungga Dewi, justru melihat potensi untuk membangun usaha guna menjawab permasalahan mendasar perempuan di Indonesia, yaitu menstruasi. Untuk kebanyakan orang, menstruasi terdengar sangat sepele atau bahkan tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Namun, berbekal pengalaman pribadi dan riset lapangan di Nusa Tenggara Timur, Riesa menemukan adanya pengalaman universal yang hampir setiap perempuan alami terkait dengan menstruasi. Contohnya, kurangnya edukasi untuk mempersiapkan remaja untuk memahami menstruasi pertama kali dan mitos yang beredar turun menurun. Belum lagi jika kita bicara tentang akses produk dan fasilitas sanitasi yang menyebabkan banyak perempuan di Indonesia tidak dapat mengatur menstruasi-nya dengan baik. Sedangkan disaat bersamaan, setidaknya terdapat 70 juta perempuan di Indonesia yang mengalami menstruasi saat ini. Angka ini menunjukkan pasar dan dampak yang besar yang bisa diberikan melalui Perfect Fit, sebuah bisnis lestari yang dimulai pada 2018 silam.
“Menstruasi seharusnya tidak menjadi halangan untuk perempuan.”
Dilansir dari situs Perfect Fit, 95% perempuan Indonesia menggunakan pembalut sekali pakai. Padahal, pembalut sekali pakai memberikan dampak negatif pada lingkungan. Setiap tahun, setidaknya 7 miliar ton sampah pembalut dibuang di Indonesia. Terlebih lagi, tidak adanya manajemen sampah yang memadai untuk mengelola sampah bekas pembalut. Tidak hanya itu, Riesa menambahkan bahwa kebanyakan pembalut sekali pakai yang saat ini digunakan sarat mengandung bahan kimia yang tidak baik bagi penggunanya maupun lingkungan. Jika jumlah perempuan yang mengalami menstruasi terus bertambah, maka dibutuhkan solusi agar perempuan dapat menjalani menstruasinya dengan nyaman dan tanpa memberikan dampak negatif pada lingkungan. Disinilah Perfect Fit menemukan peran pentingnya dalam konstelasi bisnis, ekonomi, dan urgensinya melestarikan lingkungan.
Dari permasalahan pilihan produk dan lingkungan yang ada, Perfect Fit memberikan alternatif produk menstruasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan perempuan di Indonesia. Perfect Fit memulai upaya dalam mendukung perempuan di Nusa Tenggara Timur dengan memproduksi pembalut kain cuci ulang di tahun 2018. Kemudian, pada 2021, Perfect Fit mengeluarkan celana dalam menstruasi (leak-proof underwear) untuk perempuan yang tinggal didaerah perkotaan.
Menelaah rantai nilai dan dampak Perfect Fit
Adapun faktor yang tidak kalah penting dalam memandang Perfect Fit sebagai sebuah usaha lestari adalah rantai nilainya yang juga berkelanjutan. Berbicara di hulu, saat mengawali Perfect Fit, Riesa dan Tungga telah bekerja dengan 10 perempuan di Labuan Bajo untuk dapat memproduksi pembalut kain. Para perempuan ini datang dari latar belakang yang berbeda, yang kebanyakan dari mereka adalah kelompok perempuan yang termarjinalisasi, seperti penyintas kekerasan seksual dan domestik atau perempuan dengan disabilitas. Untuk memberdayakan perempuan, Perfect Fit memberikan pelatihan peningkatan kapasitas seperti menjahit, marketing dan komunikasi. Sehingga, para perempuan tersebut dapat berdaya secara ekonomi dengan kapabilitas masing-masing. Sedangkan untuk produk celana dalam menstruasi, Perfect Fit bekerja sama dengan manufaktur bersertifikat ramah lingkungan di Indonesia.
Setelah proses produksi yang berkelanjutan, semua produk yang dihasilkan merupakan produk guna ulang. Mengupayakan misi Perfect Fiti benar-benar terwujud, Perfect Fit hingga kini setidaknya telah mengurangi 40,000 sampah pembalut pakai dan 1,500 sampah plastik di TPA. Tidak hanya itu, Perfect Fit juga konsisten dengan misi utamanya memerangi period poverty dengan skema “1 for 1” dimana setiap satu produk terjual, akan ada satu produk yang disumbangkan kepada kelompok perempuan yang membutuhkan. Dengan begitu, Perfect Fit juga menekankan peran penting konsumen perempuannya dimana selain berkontribusi dalam mengurangi sampah di bumi ini, perempuan juga bisa membantu perempuan lain. Dari dampak-dampak yang telah dihasilkan ini, Perfect Fit menggarisbawahi betapa sebuah usaha mampu memberikan dampak di berbagai tingkat, yakni ekonomi, sosial, dan juga lingkungan.
“Salah satu value kami adalah Empower People & Planet. Jadi kami percaya kalau bisnis yang kuat adalah tools yang kuat juga untuk membuat impact”
Pentingnya ekosistem yang suportif untuk wirausaha perempuan di Indonesia
Walau begitu, menjadi wirausaha perempuan bukan tanpa kesulitan. Terutama jika usahanya pun mengangkat masalah yang masih dianggap tidak terlalu penting. Dalam upayanya menjangkau pasar yang luas, Riesa mengaku salah satu tantangan terbesarnya adalah pada proses edukasi. Ada kesulitan untuk meyakinkan para perempuan beralih dari pembalut sekali pakai. Padahal, kebiasaan menggunakan kain yang bisa dicuci ulang saat menstruasi sebenarnya bukan hal yang baru bagi Indonesia. Sebelum ditemukannya pembalut sekali pakai, perempuan di Indonesia telah melakukan praktik ramah lingkungan ini. Hal ini menunjukkan inovasi yang dikembangkan Perfect Fit sebenarnya tidak jauh-jauh dari kultur dan kearifan lokal yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Perfect Fit mengusahakan agar kebiasaan nenek moyang terdahulu dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Dalam upayanya mengedukasi pasar, disadari bahwa tidak mungkin dapat dilakukan sendirian. Bagaimana agar 70 juta perempuan Indonesia bersedia beralih dari pembalut sekali pakai ke produk yang lebih lestari yang ujung-ujungnya mengurangi sampah di lingkungan sekitar? Menjawab ini, Riesa melihat pentingnya ekosistem yang mendukung. Demi membentuk ekosistem ini, maka diperlukan perempuan lainnya yang juga turut berkarya di industri serupa. Diungkapkan saat ini jumlah usaha yang bergerak di bidang kesehatan menstruasi masih tergolong sedikit. Oleh karena itu, kemunculan wirausaha perempuan yang fokus di isu perempuan masih sangat dibutuhkan untuk mengamplifikasi advokasi yang berkaitan dengan perempuan.
Tidak hanya dari sisi wirausahanya, pembentukan ekosistem juga diperlukan dari sisi aliran dana atau investasi. Secara singkat Riesa menyampaikan bahwa ketika aliran dana menunjukkan ketertarikan terhadap usaha-usaha lestari, maka niscaya jumlahnya pun akan lebih banyak sehingga dampak yang besar dapat benar-benar tercipta. Bersamaan dengan itu, tentu pentingnya peran kebijakan atau regulasi. Sampai saat ini, Indonesia bahkan belum memiliki aturan yang jelas untuk produk menstruasi dan hal ini menjadikan perkembangan Perfect Fit dan usaha serupa tidak pesat. Fenomena ini mungkin tidak mengherankan karena suara perempuan di tingkat pembuat kebijakan memang masih sangat minim. Namun bisa dibayangkan jika representasi perempuan semakin besar dan suara perempuan semakin terdengar, maka kelahiran kebijakan yang lebih inklusif bukan mimpi belaka bagi Indonesia. Dan ketika kebijakan dapat menunjukkan inklusivitasnya, maka ekosistem untuk usaha-usaha lestari yang bergerak dekat dengan isu perempuan pun dapat tercipta dari hulu ke hilir.
Referensi:
SIRCLO. 2021. “Pertumbuhan Wirausaha Wanita di Indonesia dan Kontribusinya Bagi Ekonomi”. https://www.sirclo.com/blog/pertumbuhan-wirausaha-wanita-di-indonesia-dan-kontribusinya-bagi-ekonomi/
Perfect Fit. “Our Mission”. https://perfectfit.co.id/pages/about-perfect-fit
Penulis: Esa Savitaresta Arnaya | Campaign Manager INKURI