Seberapa Membumi Rencana Transformasi Pembangunan Ekonomi Bali Era Baru?

Dua tahun beranjak dari situasi lumpuhnya perekonomian nasional secara mendadak dikarenakan pandemi global COVID-19, kini Indonesia kian aktif mencari solusi pada berbagai tingkat agar dapat bertransformasi menjadi perekonomian yang lebih resilien dan berkelanjutan. Utamanya bagi Provinsi Bali yang bisa dikatakan menerima pukulan paling berat di masa-masa tersebut. Tidak sulit untuk menarik garis lurus menemukan penyebab utamanya, yakni betapa Bali telah lama menggantungkan sumber pendapatan daerah mayoritas pada sektor pariwisata. Mengutip dari situs resmi Pemerintah Provinsi Bali, Gubernur Bali bahkan menyatakan bahwa terpuruknya pariwisata Bali karena pandemi mengakibatkan perekonomian Bali mengalami pertumbuhan negatif sebesar 9,31%. Dan oleh karena itu, Bali juga harus segera merangkai ulang rencana pembangunan masa depannya untuk menjadi lebih ‘membumi’.

Nangun Sat Kerthi Loka Bali

Dalam salah satu pertemuan nasional menuju Presidensi G20 yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia pada 8 Agustus 2022 lalu, Bapak I Wayan Koster selaku Gubernur Provinsi Bali menyampaikan Prinsip Ekonomi Kerthi yang kini menjadi pedoman kebijakan pemerintah daerah Bali dalam rangka menyongsong agenda transformasi pembangunan Bali era baru. Prinsip ini sebenarnya tidak asing bagi masyarakat Bali sendiri karena secara filosofis diambil dari dua prinsip Hinduisme, yakni Sad Kerthi dan Tri Hita Karana membuktikan kekuatan yang dimiliki dari suatu kearifan lokal. Apabila mengacu pada 3 pilar Ekonomi Membumi, maka prinsip ini sejalan dengan upaya pembangunan ekonomi yang merangkul dan melestarikan nilai budaya. Namun tentu tidak hanya itu, 11 prinsip ekonomi kerthi pun ketika dijabarkan menjadi sangat dekat dengan pilar-pilar kampanye Ekonomi Membumi yang juga bertujuan untuk mendorong pembangunan Indonesia tanpa semerta-merta meninggalkan nilai-nilai bangsa yang telah mengakar.

Gubernur Provinsi Bali, I Wayan Koster, berpidato dalam  pertemuan nasional menuju Presidensi G20

Pembangunan Ekonomi Bali Yang Menjaga Alam

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa Prinsip Ekonomi Kerthi sangat berbasis pada Sad Kerthi yang berarti enam sumber kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia yang didalamnya terdapat ajaran memuliakan jiwa, laut, air, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan alam semesta. Selain itu juga ada Tri Hita Karana yang menjelaskan lebih lanjut tentang hubungan manusia dengan sesama manusia, dengan Tuhan, dan dengan alam semesta. Dua filosofi hindu tersebut secara jelas menekankan pentingnya manusia untuk menjaga ekosistem alam dan lingkungan dalam setiap aktivitasnya. Berlandaskan pada inilah terdapat tiga prinsip ekonomi kerthi guna mendorong pembangunan ekonomi Bali yang juga memperhatikan batas-batas planetari.

Pertama, prinsip ekonomi kerthi menyebutkan pengupayaan ekonomi yang dibangun/dikembangkan dari sikap mensyukuri/memuliakan kekayaan, keunikan, dan keunggulan sumber daya lokal alam Bali beserta isinya sebagai anugerah dari Hyang Pencipta. Kedua, ekonomi Bali dibangun/dikembangkan sesuai potensi sumber daya lokal alam Bali beserta isinya. Ketiga, ekonomi Bali harus dibangun/dikembangkan dengan menjaga ekosistem alam dan budaya secara berkelanjutan. Ketiga prinsip ekonomi kerthi ini menjadi sangat relevan dengan pilar Kampanye Ekonomi Membumi yang melihat pentingnya pembangunan ekonomi yang tidak memberikan dampak buruk pada lingkungan dan sumber daya alam. Dalam rencana pembangunan ekonomi Bali era baru yang tertuang pada Buku Ekonomi Kerthi Bali, ketiga prinsip ini diterjemahkan pada upaya memajukan sektor unggulan Bali yang sesuai dengan potensi sumber daya alamnya, seperti pertanian, kelautan, dan perikanan. Lebih daripada itu, sektor-sektor ini juga harus ditata dan dikelola dengan baik dari hulu hingga ke hilir sesuai dengan potensi wilayah masing-masing sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Bali sendiri dari segi ketahanan pangan dan produktivitas ekonomi. Namun yang terpenting juga dapat menjadi sektor yang berkelanjutan dan tidak rentan terhadap bencana alam dan isu keamanan.

Pembangunan Ekonomi Bali Oleh Masyarakat Lokal

Adapun aktor terpenting dalam mewujudkan rencana pembangunan ini adalah masyarakat lokalnya sendiri, yakni warga Bali. Jika selama ini perekonomian Bali yang hanya mengunggulkan sektor pariwisata menimbulkan ketergantungan pada faktor eksternal dan orang luar pulau bahkan luar negeri, maka Bali era baru melihat pentingnya mengembalikan kekuatan ekonomi ke dalam. Pada prinsip ekonomi kerthi disebutkan bahwa ekonomi Bali harus dibangun/dikembangkan oleh krama (orang) Bali secara inklusif, kreatif, dan inovatif. Tidak hanya soal oleh siapa, tetapi juga ditekankan bahwa ekonomi Bali kedepannya harus memberikan manfaat nyata guna meningkatkan kesejahteraan dan kebahagian krama Bali secara sekala (jasmani) dan niskala (rohani). Sehingga ujung-ujungnya, rencana ini mengharapkan pembangunan ekonomi yang menumbuhkan rasa jengah dan cinta/bangga sebagai orang Bali. Berlandaskan pada prinsip inilah, Bali berencana memajukan dua sektor unggulan, yakni industri kerajinan rakyat dan ekonomi kreatif. Dua sektor ini dipercaya cocok dengan kekuatan sumber daya manusia (SDM) Bali serta terhindar dari kerentanan seperti sektor pariwisata. Sementara sektor pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan bagi perekonomian Bali alih-alih yang utama.

Produk kerajinan tangan salah satu finalis INKURI di bidang Kriya

Walau begitu, pemerintah daerah Bali menyadari perlunya upaya untuk meningkatkan kualitas SDM sekaligus kapasitas perekonomian lokalnya agar memiliki daya saing, nilai tambah (added value), dan tingkat produktivitas tinggi. Oleh karena itu, prinsip ekonomi kerthi juga melihat pentingnya pembangunan ekonomi Bali dengan mengakomodasi penerapan/perkembangan IPTEK. Tanpa meninggalkan potensi dan kapasitas SDM lokalnya sendiri, ilmu pengetahuan dan teknologi digital dilihat dapat memberikan manfaat untuk para warga Bali menumbuhkan ekonomi kreatif dari berbagai sektor. Selain itu, kapasitas perekonomian lokal yang dapat mengikuti perubahan zaman juga tentunya menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan perekonomian yang tangguh yang siap menghadapi dinamika di tingkat lokal, nasional, dan global.

“Untuk memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali diperlukan pengembangan dan penguatan Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan Koperasi terutama Koperasi Produksi serta Lembaga Perekonomian Adat dalam pengelolaan hasil pertanian, perikanan, perkebunan, dan industri kerajinan rakyat.”

– I Wayan Koster, Gubernur Provinsi Bali –

Pembangunan Ekonomi Bali Sesuai Dengan Karakteristik Budaya Bali

Selain dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya, prinsip ekonomi kerthi juga menekankan pentingnya membangun ekonomi berdasarkan pada karakteristik budaya Bali itu sendiri. Mengambil kembali dari Buku Ekonomi Kerthi Bali dinyatakan pada salah satu prinsip ekonomi kerthi, yakni untuk mewujudkan ekonomi yang berdikari untuk Bali maka ekonomi Bali harus dibangun/dikembangkan berbasis pada nilai-nilai tradisi, seni, budaya dan kearifan lokal Bali. Karena hanya dengan itu, pembangunan perekonomian Bali menjadi tetap dekat dengan masyarakat lokalnya. Kemudian juga hal ini dapat memberikan nilai unik tersendiri bagi sektor-sektor yang dikembangkan. Misalnya adalah sistem perairan subak yang mampu menyokong sektor pertanian di Bali. Tentu hal ini hanya dimiliki oleh Bali sehingga ini menjadi nilai unik tersendiri yang bahkan dapat menambahkan daya saing perekonomian Bali di tingkat nasional bahkan internasional.

Tidak hanya kearifan lokal Bali, prinsip ekonomi kerthi juga mempercayai bahwa terdapat nilai fundamental dari budaya Indonesia yang tidak boleh ditinggalkan, yakni asas gotong royong. Apabila merujuk pada artikel INKURI bertajuk Gotong Royong dalam Pembangunan Berkelanjutan Indonesia, asas gotong royong atau kolektivisme memang telah lama disebutkan sebagai salah satu pilar terwujudnya ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, dengan Bali mencita-citakan ekonomi yang berpihak pada rakyat, maka gotong royong menjadi hal yang juga esensial. Pun kerjasama secara kolektif ini diperlukan dari berbagai aspek dan tingkat. Sebut saja pentingnya kerjasama dari masyarakat lokal dari sisi produsen serta sebagai konsumen yang dapat menyuburkan pertumbuhan usaha-usaha lokal tersebut. Kerjasama juga dibutuhkan di tingkat kebijakan untuk dapat secara struktural mendukung perkembangan ekonomi yang berpihak pada masyarakat lokal dan alam Bali ini.

Kesimpulan

Secara umum 11 prinsip ekonomi kerthi yang telah dijabarkan di atas sejalan dengan kampanye Ekonomi Membumi yang diusung oleh INKURI. Dimana, pertama adalah bagaimana perekonomian harus dibangun oleh dan untuk masyarakat lokalnya sendiri secara adil dan merata. Salah satu upaya mengaplikasikan prinsip ini adalah dengan mengedepankan sektor-sektor unggulan hasil karya warga Bali, seperti industri kerajinan rakyat, pertanian, dan perikanan. Hal ini diharapkan dapat menciptakan ekonomi Bali yang lebih berdikari atau mandiri sehingga tidak rentan oleh faktor eksternal seperti erupsi Gunung Agung di tahun 2017 dan pandemi global COVID-19 pada tahun 2020. Kedua, pembangunan ekonomi harus tetap mengakar sehingga perekonomian Bali juga harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik budaya dan kearifan lokal Bali. Tidak hanya mandiri dan mengakar, maka ekonomi Bali juga harus dapat membumi dengan memperhatikan kelestarian alam dan lingkungannya. Karena perekonomian tidak akan berkelanjutan tanpa alam yang mendukung secara regeneratif. 

Referensi:

Bappeda Bali. Pameran Pembangunan Provinsi Bali. 2022. https://pameran.baliprov.go.id/

Bappenas. 2021. “Bappenas Segera Luncurkan Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali dan Master Plan Ulapan”. https://www.bappenas.go.id/id/berita/bappenas-segera-luncurkan-peta-jalan-ekonomi-kerthi-bali-dan-master-plan-ulapan-MtKfl

Koster, I Wayan. 2021. Buku Ekonomi Kerthi Bali. Gubernur Provinsi Bali.

Share this post